Selasa, 17 Maret 2015

MERINDUKANMU Allah

Assallammuallaikum Allah,,,
Yeah, Bolehkah aku memanggilmu, tentu boleh. Allah. Belakangan aku memang sedang mencari cara agar Engkau kembali terasa akrab denganku. Sudah lama rasanya kita tidak begitu dekat lagi.

Bagaimana perasaanMu Allah ? Apakah Engkau kesal padaku yang sering datang dan pergi sesuka hatiku? atau Engkau merasa aku seperti pasangan matre yang tak datang lagi jika kebutuhanku telah Engkau penuhi?

Setelah kejadian yang berbagai macam. Bolehkan jika hari ini aku duduk bersisian denganMu Allah?
Aku ingin menuntaskan kerinduanku, Ingin sekali membagi segala cerita yang terpendam dalam halaman belakang perjalananku kali ini.
Allah engkaulah yang mengerti diriku dan seluruh rahasiaku sampai kelapisan dalam.
Aku masih ingat bagaimana hingga 4 tahun lalu Engkaulah yang selalu pertama tahu segala keinginan dan rahasiaku. PadaMulah aku meminya kekuatan untuk belajar sampai malam, demi bisa menghadapi UNAS di masa SMA, yang selanjutnya memimpikan sekolah di sebuah Perguruan Tinggi. Kepada Engkaulah Allah , terkadang aku juga menyelipkan do'a supaya cowok yang aku taksir membalas perhatianku padanya.
Kita bertemu di ujung - ujung malam. KakiMu tidak pernah lupa kukecup sebelum pagi menjelang. Terkadang permohonan tulusku disisipi tangisan, sebab hanya kepadaMulah aku merasa bebas menunjukkan kelemahan. Sa'at itu aku percaya bahwa Engkau selalu mendengar. Selama aku meminta dengan gigih, segala permohonan pasti bisa Engkau kabulkan.
"Allah, Engkaulah yang selalu membuatku merasakan Janji yang bisa di pegang"

sekarang datanglah moment dimana perubahan itu datang,,,
 Seiring umurku yang kian beranjak dewasa, telah aku coba banyak sisi yang ditawarkan dunia ini. Dan aku yakin, Engkau pun ikut ambil andil dalam mengatur arah kompasnya.

Allah, Engkau menempatkan aku di sebuah Universitas tempatku harus belajar untuk menjadi lebih dewasa. Disana kutemui kawan - kawan yang prestasinya membuat silau mata. Dihadapan mereka aku sempat merasa belum jadi apa - apa jika belajar keras di malam sebelumnya.
Engkau pertemukanku dengan para dosen yang tak hanya suportif, tapi juga menantangku keluar dari cangkang kenyamanan. Aku pergi ke beberapa tempat, menemui orang - orang yang baik yang akan aku sebut kawan selamanya. Perlahan tapi pasti engkau mengajarkanku untuk bertanggungjawab pada pilihan yang sudah aku ambil sendiri.
Aku tahu, Engkau tidak sepakat melihatku menjalin cinta sebelum waktunya. Tapi, Engkau tidak memutuskan seenaknya. Engkau biarkan aku jatuh hati pada orang yang salah. Dari balik layar, Engkau menjadi saksi bagaimana kami berpisah. Pada masa - masa ini Engkau mulai jarang kujumpai, Aku merasa mampu menghadapi segalanya di atas kaki sendiri.

"Tapi tidak sepenuhnya aku pergi meninggalkanmu Allah, ketika aku ingin meraih mimpi, takut setengah mati, dan sedang patah hati, Engkau menemukanku kembali di dalam rumahMu. Berubah jadi hamba manis yang dulu begitu mempercayaiMu"

Allah, Engkau perlu tahu satu fakta tentang yang aku rasakan saat meninggalkanMu. Bukannya aku rindu, aku hanya terlampau,,,,malu
Kehidupanku terus bergulir. Kebaikan dan kesalahan datang silih berganti. Tiap kali ini aku merasa bukan menjadi hamba ManisMu yang dulu lagi.
Dahulu, meski nakal dan berjalan serong ke kanan dan ke kiri paling tidak aku tahu batasan yang tidak boleh aku langgar sendiri. Namun, tidak kali ini. Kubiarkan diriku terlalu bebas tanpa pengaman di sisi.
 Jujur saja, aku merasa gagal sebagai manusia. Hati dan karir yang aku dulu bangun susah payah porah poranda. Nama baik dan citra yang aku jaga dan aku miliki juga sudah di buang ke luar jendela. Apalagi yang aku punya?
Mulai saat itu aku memilih jadi hamba yang nomaden sementara meski sebenarnya hatiku masih selalu ingat akan DiriMu. Kutinggalkan diriMu, Allah yang baik selama ini sabar mendengar segala cerita. Semua agenda pertemuan denganMu kuhadiri. Namun sekarang tidak, Ingat akan kewajiban - kewajiban kepadaMu saja jarang.
Bukannya aku tidak rindu kepadaMu Allah. Tidak cuma sekali - dua kali aku bangun di tengah malam kemudian merasa kosong juga tak  tenang. Hidupku terus berjalan, namun kini tidak ada lagi kendali yang bisa di andalkan. Aku tak tahu harus bertanya kepada siapa setiap kebimbangan melanda. Kekuatanku juga seperti aki yang terlambat diisi tak bisa diandalkan lagi. Sebab kini tak ada lagi Kau yang bisa kuminyai cadangan energi.
Orang - orang di sekelilingku bilang aku harus banyak berdo'a agar hati kerasku bisa lunak lagi. Aku hanya mengangguk, tersenym kecil, lalu berlalu. Apa yang mereka tahu tentang diriku? Aku tidak membenciMu, Allah. Sungguh , jika boleh jujur aku bahkan rindu. Hanya saja, Aku malu juga tak tahu.
"Jika aku kembali, maukah Engkau menerimaku? Hamba yang dulu manis tapi kini sudah penuh luka dan lebam biru?"
 Jika mengingat kebelakang , sungguh aku ingin menghentikan saat ini. Sebab kini aku sadari. Meskipun tak kudatangi, sedikitpun Engkau tak pernah pergi dan jauh dariku.

Walau aku jarang menyapaMu disetiap malamku. Engkau tak begitu saja melepaskan diriku dari awasnya mataMu. Engkau memang punya hati yang besar dan penuh kasih sayang, Allah.
Engkau mengetuk hatiku lewat pemandangan kawan yang bersujud di depan mata, ketika jeda antara waktu makan siang dan jam kerja. Engkau titipkan panggilanMu lewat pesan singkat Ibuku yang bertanya apa aku sudah menghadapkan diriku kepadaMu di lima waktu setiap hariku.
Engkau membongkar keslaahanku di depan orang - orang yang terdekat, supaya mereka segera mengingatkan dan mendekat. TanganMu yang dulu aku kecup setiap hari kini berganti jadi lengan keluarga dan sahabat yang selalu mendampingi.
Baru kali ini kusadari, semua itu tak mungkin terjadi jika bukan Engkau yang ambil kendali, Engkau besarkan hati mereka, Engkau kuatkan keyakinan mereka atas perubahanku yang pasti tiba.
Saat aku terlalu angkuh untuk datang menyapa. Engkau rela bermain peran , menyusup dalam hati dan uluran tangan orang - orang tercinta. Sedetikpun, sesungguhnya Engkau tak pernah membiarkanku tak punya daya. Engkau,lewat berbagai cara, selalu ada.
"Sebagai yang paling murah hati , aku yakin Engkau pasti mengampuni. Aku tak bisa banyak berjanji. Namun kali ini biarkan aku berusaha menjadi hambaMu yang lebih baik, dengan caraku sendiri"

Aku tahu, waktuMu untuk membaca suratku ini tidaklah banyak, karena masih banyak cerita dan masalah dari hambaMu yang lain yang menunggu untuk di dengarkan olehMu. Di sisa waktu kita yang singkat ini ijinkan aku kembali bermanja kepadaMu seperti hamba manisMu yang dulu.
Aku tidak menginginkan banyak hal , Allah. Setelah perjalanan panjang ini, mulai detik ini justru aku inin belajar lebih banyak diam dan mendengar.
Akan aku ganti permohonan, "Allah tolong aku ingin,,,,,,," dengan "Allah, tolong tetapkanlah yang terbaik untukku"

Pelan - pelan akan aku perbanyak benih - benih kebaikan. Supaya hati ini lebih peka mendengar bisikan petunjuk yang Engkau sisipkan lewat udara yang menguar di kiri dan kanan.
Sesal tidak akan membuatku lagi jadi kesakitan. Sebab mulai saat ini aku akan membuka mata dan telinga untuk semua peringatan.

Aku belum berani berjanji akan menjadi tamu rutin dalam sholad 5 waktu, Ibadah di hari Jum'at atau sujud di tengah malam, Allah. Sesekali Engkau masih akan menemukanku sedikit nakal, pacaran di belakang, menjalani kecup dan peluk singkat dengan orang kesayangan sebelum ada tali ikata pernikahan, sampai menenggak larutan peringan otak bersama kawan di akhir pekan.
Tapi setelah semua yang kita jalani, aku hanya mau Engkau tahu bahwa kini aku tak akan lagi pergi tanpa permisi. Permainan petak umpet dan missing in action ini akan kusudahi. Kupastikan Engkau tak lagi harus kerepotan mencari, pun susah payah menyelinap lewat orang - orang terdekat yang Engkau biarkan ada di sisi.
Kini giliranku berusaha mendekatiMu, merayuMu kembali datang dengan caraku sendiri. Sebab aku yakin Engkau tidak akan pernah ingkar janji. Langkahku mendatangiMu akan Engkau balas dengan depa kaki. Jika kudatangi Engkau sambil berjalan. Engkau akan mendatangiku sembari berlari.

"Hamba mohon, jadikan kesadaran ini tumpuan. Untuk perjalanan yang kelak lebih mengikuti marka jalan"
Terimakasih Allah, untuk menolong dua arah yang menyejukkan. Saatnya mundur, di belakangku ada segerombolan cerhatan lain yang minta didengarkan.



Hambamu,
yang ingin kembali dekat